selamat datang di blog saya ''rahmadanaxtosantrun''

indonesia 26 juni 2010. selamat datang di blog saya ''rahmadanaxtosantrun'' semoga anda senang dengan blog saya dan senring mengunjungi blog saya ''rahmadanaxtosantrun''. Tertanda rahmad.cahyo.gumilar

BOAZ T. ERWIN SALOSSA

Rabu, 28 April 2010




Salah satu sebab mandeknya prestasi Indonesia di pentas internasional adalah minimnya pemain bertalenta tinggi. Pola pembinaan yang kurang tepat membuat lahirnya bintang-bintang baru jadi momen yang langka. Beruntung, masih ada pemain seperti Boaz Salossa yang memang terlahir dengan bakat sepakbola yang kental. Sejak berhasil mengantarkan Indonesia ke putaran final Piala Asia U-20 pada tahun 2004, nama Boaz memang langsung melejit. Ia diprediksi banyak pengamat bakal menjadi bintang besar.

Prediksi itu tak meleset. Walau sempat meredup karena berbagai sebab, musim ini Boaz kembali bangkit. Ketajaman dan naluri gol striker kelahiran Sorong, 16 Maret 1986 ini telah pulih. Kecepatan dan kemampuan mengolah bola yang memang berada di atas rata-rata pemain lain, kembali dipertontonkan Boaz.
Boaz Solossa, larinya cepat, nalurinya tajam, instingnya tinggi, sosok pemain lokal yang setara pilar asing, tak heran jika Boaz masih menjadi ikon Persipura sekaligus Timnas Senior maupun Junior, pesepakbola dengan bakat alam yang luar biasa dan langka.

Teraktual, saat Tim Nasional (timnas) U-23 menjamu timnas Oman di Pra Olimpiade Beijing 2008, Rabu (16/5), di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, Boaz menyumbang satu gol. Pada laga itu, untuk pertama kalinya timnas U-23 meraih angka penuh di ajang Pra Olimpiade 2008 karena mampu mengalahkan timnas Oman 2-1.

Sayang, kemenangan itu tak mengubah peluang timnas U-23 untuk lolos ke Olimpiade Beijing 2008. Sebelumnya, Indonesia memang sudah dipastikan kehilangan kesempatan untuk tampil di Olimpiade Beijing 2008 karena hanya menempati posisi juru kunci dan tak pernah menang dalam empat laga terdahulu.

Terlepas dari tertutupnya peluang timnas U-23, Boaz memang telah menunjukkan kalau performanya telah kembali ke level puncak. Itu juga sebabnya, Boaz seolah jadi rebutan antara timnas U-23 dengan timnas senior. Sebelum tampil melawan timnas Oman, Boaz bersama Atep dan Galih Sudaryono tengah menjalani pelatnas timnas senior di Samarinda, Kalimantan Timur.

Tapi, karena timnas U-23 membutuhkan tenaganya, Boaz pun harus terbang ke Jakarta. Seusai partai melawan timnas Oman, Boaz kembali bergabung dengan pelatnas timnas senior yang sedang dipersiapkan tampil di Piala Asia 2007, Juli mendatang. Jadwal sepadat itu tentu menguras tenaga.

“Ya, memang cukup melelahkan harus bolak-balik memperkuat timnas U-23 dan mengikuti pelatnas timnas senior. Tapi, demi negara saya harus tetap fight,” ujar Boaz usai pertandingan melawan timnas Oman.

Dalam skuad timnas senior, Boaz dipasangkan dengan sejumlah bomber lokal lainnya semisal Bambang Pamungkas, Zaenal Arief, dan Saktiawan Sinaga.

Mungkin karena usianya yang masih muda, Boaz sering bersikap temperamental dan mudah bereaksi kasar di lapangan. Pada 25 Oktober 2005, ia dijatuhi hukuman skorsing selama satu tahun tidak boleh bermain sepak bola di ajang nasional maupun internasional oleh PSSI karena terbukti menendang wasit dalam pertandingan Piala Indonesia antara Persipura melawan Persebaya pada 12 September 2005.

Papua memang tidak pernah kering dengan pesepakbola bertalenta. Namun kehadiran Boaz Theophilus Erwin Solossa benar-benar menyentak sepakbola nasional. Hanya dalam waktu singkat sejak mengantarkan Papua menjadi juara bersama Jawa Timur di PON XVI Palembang, Boaz sudah melejit dalam jajaran elite. Dirinya langsung menjadi buah bibir. Satu lagi pemain berbakat dari bumi Papua telah lahir.

Tak ada yang menggugat ketika dalam usianya yang masih muda, dirinya digandeng Peter Withe ke tim nasional senior untuk berlaga di Piala Tiger. Hebatnya lagi, Boaz sama sekali tidak canggung meski bergabung dengan pemain senior yang sudah malang melintang di timnas. Dengan talentanya yang tinggi, Boaz tampil memukau. Aksinya mengundang decak kagum ketika Indonesia membabat Malaysia di semifinal kedua di Kuala Lumpur.

Sayang dirinya mengalami antiklimaks ketika menghadapi Singapura di final. Boaz mengalami cedera di final pertama di Senayan dan kemudian absen di pertandingan kedua. Akibatnya, timnas cuma meraih runner-up. Namun dirinya sudah memasang target juara untuk menebus kegagalan Indonesia.

“Saya ingin juara. Tapi, takdir menentukan kami hanya jadi nomor dua. Ke depan gelar itu harus jadi milik Indonesia,” ungkapnya. Sukses di timnas menjadikan adik kandung Ortizan Solossa ini makin berkibar. Tak cuma klub dalam negeri, Boas juga sempat dilirik klub-klub mancanegara. Tapi, dengan alasan ingin menyelesaikan sekolah, dia menampiknya.

Boaz memang tidak hanya menjadi kebanggaan Papua tetapi juga nasional. Dirinya menjadi harapan untuk bisa mengerek prestasi timnas di level internasional. Perannya di Persipura Jayapura dan timnas termasuk vital. Bahkan pelatih Persipura Rahmad Darmawan merasa perlu mengubah pola permainan tim demi memaksimalkan potensi Boaz.

Saatnya, Indonesia kembali diperhitungkan di kancah internasional bersama mutiara dari Papua ini. Boaz memang terlalu cepat untuk meroket. Namun semua berharap dirinya tidak cepat tenggelam.

DATA DIRI
Nama : Boaz Theofilius Erwin Solossa
TTL : Sorong, 16 Maret 1986
Posisi: Striker
No. Punggung: 86

KLUB
1996-2003: PS. Putra Yohan
2004-2008 : Persipura Jayapura

TIMNAS
2003: Pra Piala Asia U-17
2004: Pra Piala Dunia
2004: Piala Tiger
2009 : Pra Piala Dunia
2009-2010 : Liga Champion Asia

0 komentar:

Posting Komentar