JF Tiago : Boaz Bisa Membuka Mata Dunia
Sabtu, 29 Januari 2011
Selama tiga musim bersama Persipura sebenarnya Boaz Solossa telah beberapa kali mendapat tawaran untuk bermain di klub-klub luar Indonesia, misalnya dari Italia, Jepang dan sekarang di Belanda.
"Jika ada yang ingin memboyong Boaz ke luar negeri, bagi saya pribadi menilainya hal itu sangat bagus. Akan bermanfaat bagi kesejahteraan pemain dan menambah pengalaman bermain di kompetisi yang lebih ketat," ungkap JF Tiago kepada GOAL.com Indonesia, Kamis (27/1).
Menurut dia dengan tampilnya Boaz di sana bisa membuka mata dunia bahwa anak-anak Papua juga memiliki kualitas dan skiil individu yang bagus untuk bermain bola, namun dia tidak akan turut campur dalam permasalahan ini.
"Semua itu saya kembalikan kepada yang bersangkutan. Biarkan Boaz yang menentukan masa depannya." ujar JF Tiago sambil menambahkan kontribusi Boaz terhadap Persipura selama ini sangatlah besar. (gk-34)
Riedl Belum Bisa Nilai Diego
Pelatih tim nasional Indonesia Alfred Riedl mengaku belum bisa menilai kemampuan bek Go Ahead Eagles Diego Michiels yang mulai mengikuti seleksi pelatnas timnas U-23 hari ini di tempat latihan timnas di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta.
Dalam seleksi sebelumnya, Riedl langsung memberikan komentar mengenai performa pemain blasteran saat mereka menjalani seleksi hari pertama. Riedl berkilah Diego baru menjalani latihan sebentar.
“Dia baru menjalani latihan pertamanya, sehingga saya belum tahu kelasnya. Terlalu dini untuk memberikan penilaian terhadap performa dia. Kita masih menunggu dua atau tiga hari lagi untuk mengetahui kelasnya. Nanti akan saya berikan gambarannya kepada Anda,” ujar Riedl kepada wartawan.
“Yang perlu diperhatikan pemain keturunan ada dua. Pertama adalah keinginan untuk berganti paspor. Sedangkan yang kedua adalah kelas si pemain. Kalau kedua syarat itu terpenuhi, dia bisa masuk timnas.”
Sementara itu, Diego mengaku senang mendapat kesempatan mengikuti seleksi timnas U-23. Kemungkinan Diego tidak bisa lebih lama lagi mengikuti seleksi, karena harus kembali ke Belanda untuk memperkuat klubnya pada 3 Februari.
“Saya sudah mendapat izin dari klub untuk menjalani seleksi di sini untuk beberapa hari. Jika saya lolos, maka saya siap mengganti paspor saya,” kata Diego.
Figo Terkesan Dengan Penyambutan Indonesia
VIVAnews - Mantan pemain Real Madrid dan Inter Milan Luis Figo datang berkunjung ke Indonesia. Tiba sejak Jumat 28 Januari 2011, Figo akhirnya tampil di depan 15 ribu penggemarnya di kawasan Monas, Jakarta, Minggu 20 Januari 2011.
Menggunakan jersey putih-putih, Figo jadi bintang di acara "Menggiring Bola Bersama Luis Figo". Meski mengaku masih jetlag, mantan pemain timnas Portugal ini antusias ketika disambut para penggemarnya.
"Tiap negara berbeda dalam menyambut orang asing. Orang-orang di sini (Indonesia) baik dan bersahabat. Tidak ada yang berlaku kasar pada saya selama di sini," kata Figo dalam wawancara dengan TVOne di Wisma Nusantara.
"Anda tidak sadar betapa orang kenal Anda," kata Figo lagi yang baru pertama kali datang ke Indonesia.
Figo juga membandingkan Spanyol sebagai negara asal Madrid dengan Indonesia. Menurutnya, masyarakat di Negeri Matador juga termasuk ramah. Sebab, mereka menggantungkan diri dari sektor pariwisata dan keramahan menjadi salah satu syaratnya.
Indonesia juga memiliki keramahan yang sama. Hanya saja Figo tidak pernah menyangka akan disambut dengan antusias besar di luar stadion."Atmosfirnya berbeda dengan berada di stadion," katanya.
Sehari sebelum bertemu para fans, Figo lebih dulu melakukan jumpa pers dan coaching clinic. Dalam acara itu Figo juga menyerahkan 'tiket' menonton pertandingan dan latihan Real Madrid untuk empat pemain timnas Indonesia.
• VIVAnewsBoaz Ditawari Berkarier Di Eropa
Rabu, 26 Januari 2011
Seperti dilansir Radio Nederland, promotor sepakbola Indonesia-Belanda Ruud Voll bersedia menjembatani Boaz Solossa jika ingin berkarier di negeri Kincir Angin itu.
Voll mengaku sedang memfasilitasi pendekatan Boaz dengan klub Eredivisie, VVV Venlo. Rekam jejak dan video permainan Boaz bersama Persipura Jayapura serta ketika mencetak gol ke gawang Uruguay dalam laga uji coba timnas Indonesia, Oktober lalu, sedang dipelajari.
"Boaz memiliki naluri penyerang yang hebat dan juga pemberani untuk menerobos pertananan lawan serta mencetak gol. Saya kira VVV membutuhkan pencetak gol ulung seperti dirinya," tukas Voll.
Voll mencontohkan ketika VVV merekrut pemain tak ternama dari Jepang, Keisuke Honda, dan berhasil mengubahnya jadi salah satu pemain muda bersinar di Eropa sebelum bergabung ke CSKA Moskwa.
"VVV mendapatkan Honda dengan harga tidak sampai sejuta euro dan setahun kemudian direkrut CSKA denga nilai transfer sembilan juta euro. Lihat saja hasilnya," sambung pria yang pernah mendatangkan Irvin Museng ke akademi Ajax Amsterdam itu.
"Sekarang tinggal menunggu VVV. Kalau tertarik, Boaz bisa langsung datang dan menjalani tes. Tapi saya tidak heran kalau Boaz bisa loncat dari VVV ke Ajax Amsterdam atau bahkan liga Spanyol."
"Boaz striker terbaik Indonesia saat ini. Kalau dia bisa membobol gawang Uruguay, dia juga bisa menembus jala Ajax."
Gabung Timnas, Jordy de Kat Siap Jadi WNI
Senin, 24 Januari 2011
VIVAnews - Pemain asal Belanda, Jordy de Kat bersedia menjadi Warga Negara Indonesia bila dipilih masuk timnas U-23. Jordy juga bersedia bila diwajibkan mengikuti pelatnas jangka panjang.
Jordy telah mengikuti latihan timnas U-23, sejak Senin sore, 24 Januari 2011. Meski masih mengalami jetlag, pemain berusia 21 tahun itu telah berhasil mencuri perhatian pelatih Alfred Riedl.
"Dia (Jordy) tampil impresif. Dia masih jetlag, tapi sejauh ini penampilannya cukup meyakinkan," kata Riedl kepada wartawan, di Lapangan Timnas, Senayan.
Jordy sendiri mengaku tertarik bergabung dengan timnas U-23. Apalagi dia sudah mendapat lampu hijau dari kedua orang tuanya untuk menentukan kewarganegaraannya.
"Saya senang bermain di Indonesia. Kalau terpilih menjadi pemain timnas, saya siap melepas paspor Belanda saya," kata Jorgy kepada wartawan dengan bahasa Indonesia seadanya.
Mengenai pelatnas jangka panjang, Jorgy mengaku tak ada masalah. Klubnya FC Oss menurutnya mengerti dengan keputusannya ingin bergabung dengan timnas U-23.
"Klub memang sangat kehilangan saya kalau pindah, tapi kalau saya ingin membela timnas mereka juga bisa mengerti kok," kata putra pasangan James de Kat dan Anna Budijatie itu.
Jordy juga mengaku telah dipanggil untuk ikut seleksi timnas yang digelar awal Januari lalu. Namun dia tak bisa hadir karena terbentur jadwal sekolah.
"Awalnya saya dipanggil oleh Iman Arif untuk seleksi, namun karena masih ada jadwal sekolah yang padat, saya tidak bisa hadir saat itu," katanya.
Jordy merupakan pemain Belanda keturunan Indonesia. Kedua orang tuanya berasal dari Semarang namun sudah menjadi warga negara Belanda.
Saat ini Jordy masih memegang paspor Belanda. Pemain yang berposisi sebagai striker ini juga sudah pernah tampil dalam laga amal yang digelar di Surabaya dan Malang beberapa waktu lalu. (umi)
Riedl Terkesan Permainan Jordy de Kat
VIVAnews - Pelatih Timnas U-23, Alfred Riedl memuji permainan Jordy de Kat, pemain 'impor' asal Belanda. Pemain Top Oss (klub Divisi I Belanda) itu tampil pada latihan timnas U-23 yang digelar di Lapangan Timnas, Senayan, kemarin sore.
"Jordy tampil impresif. Dan jangan lupa dia baru saja datang dan masih jetlag, tapi dia tampil impresif pada latihan," kata Riedl kepada wartawan.
Saat mengikuti game, pemain kelahiran 10 Januari 1990 itu juga menampilkan permainan yang taktis dan memiliki tendangan yang keras dan akurat.
Jordy yang biasanya bermain di posisi striker, ditempatkan sedikit lebih ke tengah. Meski demikian, Jordy tetap tampil baik saat menyerang maupun dalam membagi bola ke pemain lain.
Meski dipuji, bukan berarti Jordy bisa langsung lolos, apalagi pelatih asal Austria itu tak ingin gegabah dalam memutuskan nasib pemain tersebut, dan masih butuh beberapa hari lagi untuk menilai permainan pemain berpostur 173 cm itu.
"Kalau ingin melihat apakah dia (Jordy) bisa membantu atau tidak baru bisa dilihat dalam beberapa hari ke depan," ujar Riedl.
Kendati demikian, pemain asal Belanda itu, bersedia menjadi Warga Negara Indonesia bila dipilih masuk timnas U-23. Jordy juga bersedia bila diwajibkan mengikuti pelatnas jangka panjang.
Jordy sendiri mengaku tertarik bergabung dengan timnas U-23. Apalagi dia sudah mendapat lampu hijau dari kedua orang tuanya untuk menentukan kewarganegaraannya.
"Saya senang bermain di Indonesia. Kalau terpilih menjadi pemain timnas, saya siap melepas paspor Belanda saya," kata Jorgy kepada wartawan dengan bahasa Indonesia seadanya. Jordy telah mengikuti latihan timnas U-23, sejak Senin sore, 24 Januari 2011. (sj)
Paspor Ruben Tunggu Izin Orang Tua
Minggu, 16 Januari 2011
VIVAnews - Manajer Tim Nasional Indonesia U-23, Adjie Massaid, mengaku akan mempercepat proses penerbitan paspor Ruben Wuarbanaran jika mendapat izin dari orang tuanya.
Pemain yang lahir pada 15 Agustus 1990 ini memang sempat mengikuti seleksi tahap kedua sebelum akhirnya harus kembali ke Belanda. Pemain FC Den Bosch ini menjadi satu-satunya pemain berdarah campuran yang dipuji pelatih Alfred Riedl selama seleksi.
Jika Ruben gagal masuk dalam skuad timnas di Pra-Olimpiade, Riedl tetap akan memberi kesempatan untuk berlaga di Sea Games 2011 nanti.
"Paspor beres, dia (Ruben) akan kembali tapi jika tidak maka dia tidak kembali," ujar Riedl usai memimpin seleksi Timnas U-23 di Lapangan ABC, Senayan, Minggu 16 Januari 2011.
Ruben merupakan salah satu pemain asing yang diundang mengikuti seleksi Timnas U-23 untuk Pra-Olimpade 2012 dan SEA Games 2011. Tak hanya Riedl, Adjie Massaid juga sangat berharap Ruben dapat masuk Timnas. Menurutnya Ruben sangat layak.
"Kami akan minta izin dari orang tua, baru kami urus paspornya. Dia (Ruben) mempunyai fisik dan kualitas bagus, jadi bisa diandalkan," ujar Adjie yang juga ikut menyaksikan proses seleksi Timnas. (kd)
Duo Utrecht Masih Terganjal Paspor
VIVAnews - Harapan Pelatih Alfred Riedl untuk mendatangkan duo pemain FC Utrecht, Stefano Lilipaly dan Mark van der Maarel dalam seleksi tim nasional U-23 masih terganjal.
Duo pemain Belanda berdarah Indonesia ini masih belum mengantongi paspor untuk dapat membela Tim Merah Putih. Padahal Riedl telah mengisyaratkan akan memberikan jatah bagi Lilipaly dan Van der Maarel.
"Kami masih menunggu mereka berdua," ujar Riedl usai memimpin seleksi timnas U-23 di Lapangan ABC, Senayan, kemarin.
Isyarat duo pemain ini untuk dapat masuk timnas Indonesia juga dilontarkan asisten pelatif, Wolfgang Pikal. "Kami fleksibel. Kami tunggu paspor mereka. Tapi yang pasti mereka bagus-bagus," kata Pikal.
PROFIL: Stefano Lilipaly, 'The Indonesian Iniesta'
Selasa, 04 Januari 2011
STEFANO LILIPALY Gelandang serang Nomor punggung 39 Lahir di Arnhem, Belanda Tanggal 10 Januari 1990 170 cm / 60 kg KELUARGA Ayah: Ron Lilipaly Ibu: Adriana Kakak: Shemaine Adik: Sobay, Nino FAVORIT Film: Blow, The Godfather, City Of God Pemain: Andres Iniesta dan Zinedine Zidane Musik: Snoop Doggy Dogg, R&B Mode: Christian Dior, Adidas, Nike PENGALAMAN Klub: AZ Alkmaar, FC Utrecht Timnas: Belanda U-15, U-16, U-17, U-18 |
EKSKLUSIF - Stefano Lilipaly: Setelah 100% Fit, Saya Akan Membela Timnas Indonesia
Sayangnya, salah satu nama yang tidak tercantum dalam daftar tersebut adalah Stefano Lilipaly, bekas rekannya Irfan Bachdim di FC Utrecht. Padahal, deputi bidang teknis BTN Iman Arif sudah mengundang pemain Jong Utrecht tersebut untuk bergabung ke seleksi U-23. Stefano terpaksa menunda kedatangannya ke Jakarta karena baru saja pulih dari cedera pergelangan kaki kanan.
"Ya, saya ingin bergabung ke tim nasional [Indonesia] tapi pelatih saya, melalui saran tim medis dan agen saya, meminta agar tidak pergi sekarang," kata Stefano ketika dihubungi GOAL.com melalui ponsel.
"Saya sempat cedera selama lima bulan. Pertama karena lengan patah, kemudian saya menderita cedera engkel kanan."
PROFIL: Stefano Lilipaly, 'The Indonesian Iniesta' |
Stefano menambahkan, sekarang ini dirinya berada dalam kondisi yang cukup fit. Namun timnya dijadwalkan berangkat ke Portugal pada 10 Januari mendatang, tepat pada hari ulang tahun Stefano yang ke-21. Lawatan Utrecht ke Portugal selama lima hari adalah dalam rangka training camp (TC) menjelang paruh kedua Eredivisie Belanda 2010/11.
Maklum saja, Stefano dinilai oleh pelatih Ton Du Chatinier sebagai salah satu kandidat penghuni skuad inti Utrecht. Apabila Stefano menjalani TC dengan sukses, dia berpeluang naik pangkat dari tim junior, Jong Utrecht. Beberapa pertandingan ujicoba sudah dijadwalkan dalam TC ini, di antaranya melawan Heerenveen dan salah satu klub Belgia, Standard Liege.
"Kepergian saya ke Indonesia masih tergantung fitness level selama training camp. Setelah 100 persen fit, dan ditambah pengalaman beberapa pertandingan, saya akan diizinkan berangkat. Saya belum bisa memastikan tanggalnya, tergantung pertandingan dan saya akan memberitahu," lanjutnya.
Stefano juga mengaku kenal dekat dengan Irfan karena keduanya pernah bermain bersama di Utrecht.
"Tapi saya lebih akrab dengan kakaknya, Fardy. Saya mengetahui perkembangan Irfan masuk timnas dan ikut Piala AFF dari Fardy," sambungnya.
Selain itu, Stefano yang doyan nasi goreng ini akan menanyakan apakah Mark van der Maarel bersedia memperkuat Merah-Putih. Mark adalah pemain keturunan Indonesia yang berhasil menembus skuad inti Utrecht, tapi sudah membela timnas Belanda U-21.
Syamsir Alam Siap Fokus Untuk Penarol
Syamsir Alam memulai tahun 2011 dengan harapan tinggi. Minggu (9/1) esok, Alam bersama Zainal Haq akan berangkat kembali ke Uruguay dengan tujuan bergabung ke Penarol, salah satu klub negara semifinalis Piala Dunia lalu itu, untuk bersiap menghadapi musim kompetisi.
Ditemui GOAL.com di Jakarta, Selasa petang, Alam dalam masa liburan usai memperkuat SAD Indonesia di Cuarta Division Uruguay sepanjang tahun lalu. Selama berlibur, Alam tidak melupakan program latihan fisik serta tidak lupa datang menyaksikan penampilan timnas Indonesia di AFF Suzuki Cup.
Alam mengungkapkan resolusi tahun barunya.
"Tahun ini saya ingin fokus bersama Penarol. Setibanya di sana saya akan berlatih mengembalikan kondisi fisik sebelum bersiap memulai kompetisi akhir Februari mendatang," Penarol adalah klub paling sukses dalam sejarah persepakbolaan Uruguay. Klub yang bermarkas di Montevideo itu menjadi juara liga utama Uruguay musim lalu untuk melengkapi koleksi 37 gelar di kompetisi profesional setempat. Penarol juga lima kali menjuarai Copa Libertadores dan tiga kali juara Piala Interkontinental. Atas prestasi tersebut, Penarol dinobatkan IFFHS sebagai klub terbaik di benua Amerika Selatan sepanjang abad 20.
Penarol dikenal pernah melahirkan pemain legendaris Uruguay, seperti Alcides Ghiggia, Juan Alberto Schiaffino, serta ayah pemain terbaik Piala Dunia 2010 Diego Forlan, Pablo Forlan. Di kompetisi domestik, Penarol bersaing sengit dengan Nacional. Saking hebatnya perseteruan, laga derby kedua tim dijuluki Superclasico Montevideo.
"Lucunya, sebelum kepastian kontrak dengan Penarol saya pernah diwawancarai stasiun televisi setempat. Mereka bertanya tentang klub Uruguay mana yang saya suka, saya bilang Nacional," kata Alam.
"Nacional berbeda dengan Penarol. Nacional mengandalkan permainan teknik, sedangkan Penarol lebih mengutamakan kekuatan fisik."
"Beberapa hari kemudian, saya malah direkrut Penarol. Sambil bercanda Presiden mereka bilang, 'bukankah kemarin kamu bilang kamu lebih suka Nacional?' Saya cuma bisa tertawa."
Segera aktif memperkuat klub profesional pertamanya tidak membuat Alam lupa kepada tanah air. Banyak yang mendukung pemain 18 tahun ini agar memperkuat timnas Indonesia di SEA Games mendatang. Seleksi tim U-23 sendiri akan digelar pekan ini, namun Alam mengaku belum mendapat panggilan.
"Belum ada kontak dari Alfred Riedl soal itu," tukasnya.
"Kalaupun ada panggilan saya siap memperkuat timnas. Terserah bagaimana nanti PSSI mengaturnya dengan Penarol. Yang pasti, tentu saya ingin memperkuat timnas Indonesia."
Terakhir, Alam mengungkapkan keinginan untuk terus mengembangkan karier. Salah satu keuntungan yang diperoleh Alam dengan memperkuat klub luar negeri adalah jaringan mereka. Sebagai klub top di kawasan Amerika Latin, Penarol tentu sudah memiliki jaringan pemantau bakat yang menembus Eropa. Musim panas lalu, salah satu pemain muda Penarol, Gaston Ramirez, direkrut Bologna.
Jika memungkinkan, Alam pun ingin merumput di Eropa. Peluang itu sesungguhnya pernah terbuka di hadapan Alam akhir tahun lalu. Pemantau bakat sebuah klub top Inggris dan Portugal tertarik mengirim Alam menjalani uji coba. Keinginan tersebut disampaikan Cesar Payovich Perez, sayangnya kendala paspor menghalangi langkah tersebut.
"Saya ingin sekali, tapi bagaimana mungkin saya memperoleh paspor Eropa untuk mempermudahnya?" kisahnya.
"Cesar bilang, ayo urus paspor Eropa. Saya bilang tidak mungkin karena Indonesia tidak mengenal status dwi kewarganegaraan."
"Tidak bisa dipungkiri paspor Eropa sangat membantu perkembangan karier pemain sepakbola. Saya pernah mengobrol dengan seorang pemantau bakat, jika harus memilih antara pemain berkemampuan standar tapi memiliki paspor Eropa dan pemain hebat dengan paspor non-Eropa, mereka akan memilih yang pertama."
Alam dan Zainal akan menjalani kontrak selama setahun bersama Penarol. Perekrutan dua pemain muda Indonesia tersebut merupakan bagian dari kesepakatan kerja sama antara PSSI dan Penarol September lalu.
SAD Indonesia sendiri akan mengirimkan dua tim dengan kelompok usia yang berbeda untuk berkompetisi di Quinta dan Cuarta Division tahun ini. Seleksi pemain sudah dilakukan dalam beberapa bulan terakhir, tapi hasilnya belum diumumkan. Tim masa depan Indonesia ini akan diberangkatkan ke Uruguay pertengahan bulan ini.
ujar Alam.
"Setidaknya saya akan bergabung dengan skuad mereka di Cuarta Division. Jika memungkinkan dan pelatih puas dengan kualitas saya, bisa saja saya ditempatkan di tim cadangan atau malah tim inti mereka."
Eastern promise
Minggu, 02 Januari 2011
As you would expect in the world's largest continent, there is talent aplenty in Asia. An increasing amount of it is heading west every transfer window, but much still remains. ESPNsoccernet selects a list of players who should, perhaps, be finding their way onto various shopping lists in Europe.
Deng Zhuoxiang (Shandong and China)
What Chinese football really wants, apart from another appearance at the World Cup, is a player to shine in Europe; Deng Zhouxiang could be that man. The midfielder burst onto to the regional scene last year with a series of impressive performances in the East Asian Cup, including a goal to remember as China defeated South Korea for the first time in their history, and he also put France to the sword ahead of the World Cup. Clubs in Korea and Japan tried to take the 22-year-old from Shandong but were put off by the asking price, so important is he to the newly-crowned Chinese champions. Deng starred for the Jinan outfit in 2010 as the club strolled to the title and, with silky skills and impressive vision for a player so young, Deng just needs to find a little more consistency and he can be a genuine star.
Ismail Matar (Al Wahda and UAE)
Ismail Matar is the once-great hope of West Asian football. The Golden Ball winner at the 2003 World Youth Championship should have been in Europe by now, but his club never let him go. You can't really blame them for keeping hold of their talented playmaker - he is one of the most naturally gifted players in Asia. He starred in 2007 as UAE took the Gulf Cup, the region's eight-nation biennial meet, for the first time. For that, the 27-year-old was given two camels. The AC Milan fan's talents deserve a much faster mode of transport heading to Europe.
Koo Ja Cheol (Jeju United and South Korea)
The Korean was linked to Blackburn Rovers at the start of the year and, more concretely, to Young Boys of Berne at the end, but the Swiss team could not afford him. It is no surprise, as the 21-year-old has been going from strength to strength and had a great 2010. It is unfortunate, and perhaps a mistake, that he is not a regular starter for the national team as he was the best midfielder in the K-League last season. Classy on the ball, ready with a pass and deadly with a shot or set-piece, Koo wants to go west and it is only a matter of time before he does.
Kawin Thamsatchanan (Muang Thong United and Thailand)
South East Asia is not a region known for its goalkeepers but that could be about to change if this 19-year-old has anything to do with it. He has already become the main man at Muang Thong United, the new powerhouse of Thai football, and his absence from the national team at the recent AFF Cup was keenly felt by Thai fans and national team coach Bryan Robson. The former England captain has reportedly recommended the youngster to Manchester United. What happens next remains to be seen, but the shotstopper has a bright future.
Yasser Al Qahtani (Al Hilal and Saudi Arabia)
The Sultan of Swing is the biggest star in Saudi Arabia and perhaps the biggest in the region as a whole, though fans of Javad Nekounam of Iran may have something to say about that. It is sad for Asian football that 'The Sniper' has never tried his luck in Europe - a brief and forgettable trial with Manchester City not withstanding - as he has what it takes, in terms of ability at least, to be a success. If he can find the mental strength to match, he would be a hit. He has seemingly been around for years but it still only 28 and is still quick, good in the air and a handful for defenders.
Octavianus Maniani (Sriwijaya and Indonesia)
This flying winger burst onto the regional scene at the recent AFF Suzuki Cup in which Indonesia made the final before being defeated by Malaysia. Oktavianus is certainly good to watch as he hares down the left flank and, at the tender age of 20, is only going to improve. If the 'Indonesian Ryan Giggs' is to match up to the original, he needs to follow in his footsteps and find a consistent end product. Still very raw but that just makes him all the more exciting.
Karim Ansarifard (Saipa and Iran)
It has been some time since a genuinely exciting young Iranian striker made waves. Ali Daei has cast a long shadow but it was the legend himself who gave a 17-year-old Ansarifard his chance of first-team football with Saipa. That was in 2007; two years later, the forward made his international debut, and 2011 is looking like it could be his best yet. There are reports of interest from Europe, with Borussia Dortmund named among the possible suitors, making an excitable Tehran sports media perform cartwheels. Still can be wasteful in front of goal, but has the attitude and skills to shine.
Jungo Fujimoto (Shimizu S-Pulse and Japan)
The playmaker is being chased by Japanese champions Nagoya Grampus - coach Dragan Stojkovic knows talent when he sees it - but the 26-year-old may want to take his cultured left foot further afield. Fujimoto may get his chance after being identified as the next Shinji Kagawa, though comparisons with Shunsuke Nakamura may be more apt - they even went to the same high school. The 2006 J-League Rookie of the Year is now fulfilling the potential shown four years ago. He has struggled for regular playing time for the national team - understandable considering the riches that Samural Blue enjoy in the middle of the park - but that could be about to change.
Alexander Geynrikh (Pahktakor and Uzbekistan)
The Uzbekistan hitman has suffered in the shadows of his better-known countryman and strike partner Maksim Shatskikh in the past but is ready to take over the main goalscoring duties in Central Asia. His head of blond hair was easily noticeable on the Asian stage in the past, with his strength and aggression causing problems for continental defences. The hair has gone, but the eye for goal and shooting skills, especially from the edge of the area, remain. Geynrikh has already had stints in Moscow with Torpedo and CSKA before returning to Tashkent but, at the age of 26, he is now ready.
Firas Al-Khatib (Al Qadsia and Syria)
Syria are no longer the straightforward opponents they once were and much of that can be put down to the emergence of players such as Al-Khatib. The 27-year-old scores goals for fun and has done so ever since starting out at local giants Al Karama. These days, he does the business for one of West Asia's biggest clubs - Al Qadsia of Kuwait. A pleasingly old-fashioned poacher who has the knack of finding space in the box, he could make his name at the Asian Cup.
By; ESPN SOCCER
Ajang yang diikuti timnas 2011
Setelah Piala AFF yang membangkitkan nafsu, kita tak sabar menanti ajang selanjutnya. Apa saja kompetisi yang akan diikuti timnas Indonesia di tahun 2011?
Piala Asia 2011: Indonesia tidak ikut
Kalender turnamen antarnegara terdekat adalah Piala Asia 2011 di Qatar (7-29 Januari 2011). Sayangnya, Indonesia kali ini tidak turut serta gara-gara gagal lolos kualifikasi.
Tim Garuda, di bawah kendali Benny Dolo, gagal menyaingi poin Australia, Kuwait, dan Oman. Jangankan lolos, kita bahkan menjadi juru kunci. (Lihat: Asian Cup Qualification)
Ini adalah kemunduran prestasi,
karena sejak 1996 kita selalu masuk putaran final.
Olimpiade 2012: Indonesia ikut kualifikasi
Babak kualifikasi Olimpiade London 2012 akan dimulai Februari 2011 hingga Maret 2012. Dari wilayah Asia, akan diambil 3 negara terbaik.
Berdasarkan undian babak kualifikasi awal, Indonesia akan menghadapi Turkmenistan pada 23 Februari (home) dan 9 Maret 2011 (away). Jika lolos, fase yang harus dilewati juga masih panjang: ada babak kualifikasi I, babak kualifikasi II, lalu babak play-off.
(Lihat: Pre-Olympic Tournament)
Pemain yang diturunkan untuk Olimpiade harus timnas U-23, tapi boleh dilengkapi dengan 3 orang pemain senior.
Sekedar catatan, Indonesia hanya pernah sekali lolos ke Olimpiade pada tahun 1956. Kala itu kita bisa mencapai babak perempatfinal gara-gara menang WO dari Vietnam. Tim Garuda kemudian 'sukses' menahan Uni Soviet 0-0, namun kalah 4-0 dalam partai ulangan.
Piala Dunia 2014: Indonesia ikut kualifikasi
Masih lama. Pengundian babak kualifikasi baru akan dilaksanakan pada pertengahan 2011. Diperkirakan babak kualifikasi akan dimulai sekitar bulan Juni. Ini jatah tim senior.
Sea Games 2011: Tuan Rumah!!
Sea games 2011 akan diadakan di Palembang dan Jakarta pada bulan November 2011. Di ajang ini, timnas Indonesia akan kembali mendapat dukungan dari suporternya di kandang sendiri.
Tim Garuda pernah memenangi Sea Games dua kali, pada 1987 di Jakarta dan 1991 di Manila.
Sejak tahun 2001, cabang sepakbola di Sea Games hanya boleh diikuti tim U-23, plus 5 pemain senior. Sayangnya Garuda Muda tak pernah mencatat prestasi bagus. Sampai final pun belum pernah, jadi besok harus kita beri semangat sebesar-besarnya!!
Saatnya Garuda Muda Unjuk Gigi
Jadi di tahun 2011, timnas Indonesia akan berjuang di kualifikasi Piala Dunia, kualifikasi Olimpiade dan Sea Games. Tim U-23 akan mendominasi kiprah merah-putih di tahun 2011.
Garuda Muda harus dipersiapkan dengan baik. Pasalnya, dari tim Piala AFF 2010, hanya 5 pemain saja yang termasuk kategori U-23: kiper Kurnia Meiga (20 tahun), Okto (20), Irfan Bachdim (22), Johan Juansyah (22), dan Yongki (21).
Bandingkan dengan Malaysia yang sudah memiliki 10 pemain U-23 di skuad senior juara AFF Cup. Sebagai sebuah tim tentu kita kalah matang, maka persiapan yang baik mutlak diperlukan.
Apakah tim SAD akan dipakai?
Ya, PSSI memang punya program pembentukan 'Young Guns'. Mereka yang bernama tim SAD (Sociedad Anonima Deportiva), kumpulan pemain muda yang berguru di Uruguay.
Setahun yang lalu, tim ini belum memuaskan. Mereka gagal lolos ke putaran final Piala Asia U-19.
Bagaimana pun, tim ini masih terlalu muda. Jika ada yang akan dipakai, dua pemain yang paling menonjol tentu Reffa Money dan Syamsir Alam. Keduanya kini berkostum klub Penarol, berkompetisi di liga remaja Uruguay, dan masih berusia 18 tahun.
Dan, 'Pemain Bule' lagi...
Selain itu, akan ada lagi wajah turis di timnas. Terhitung sejak 6 Desember 2010, Kim Jeffrey Kurniawan (20 tahun), blasteran Indonesia-Jerman, sudah resmi menjadi WNI.
Kim bisa masuk ke tim U-23, tapi tetap harus melewati proses seleksi.
Alfred Riedl mulai melakukan seleksi timnas Indonesia U-23 pada 4 Januari 2011. 75 pemain untuk seleksi awal, kemudian dikerucutkan menjadi 50 pemain. Dan pada 15 Januari, 25 nama pemain timnas U-23 dijadwalkan sudah terbentuk.
Ayo Garuda Muda,
kalian pasti juga ingin menunjukkan sesuatu untuk bangsa ini!!
Untuk timnas senior di Pra-Piala Dunia, goal.com mengabarkan:
Sergio Van Dijk Akhirnya Mau Menjadi WNI
Wah-wah, naturalisasi lagi
Van Beukering Pemain Keturunan Indonesia Main di Feyenoord
Van Beukering dibeli oleh Feyenoord untuk memenuhi skuad yang tengah kehilangan strikernya, Sekou Cisse dan Jon Dahl Tomasson karena cedera. Sedangkan striker Fedor Smolov asal Rusia dianggap belum memberi penampilan terbaiknya. Van Beukering kini sudah masuk dalam skuad Feyenoord untuk menghadapi Willem II di lanjutan Liga Belanda akhir pekan ini.
Van Beukering merupakan salah satu pemain asing yang tadinya akan dinaturalisasi untuk memperkuat timnas Indonesia. Peluang itu disambut Van Beukering karena almarhum kakeknya mendambakannya untuk mengenakan kostum Merah Putih.
“Saya ingin mewujudkan impian kakek saya. Dia dari Jakarta dan memimpikan saya bisa menjadi pemain Indonesia,” kata Van Beukering beberapa waktu lalu.
Van Beukering akhirnya dipanggil tim Merah Putih ketika akan menghadapi Uruguay di pertandingan persahabatan Oktober silam. Namun karena terantuk peraturan FIFA, pemain berusia 27 tahun ini akhirnya gagal dimainkan.
Saat itu dia dipanggil bersama dengan tiga pemain lain yang juga memiliki darah Indonesia, yakni Sergio van Dijk (striker), Rafael Guilermo Eduardo Maitimo (gelandang serang) dan Tobias Waisapy (bek sayap).
Okto Masuk 10 Pemain Asia Layak ke Eropa
Sabtu, 01 Januari 2011
VIVAnews - Sebagai benua terbesar yang punya jumlah penduduk paling banyak pula, Asia tentu menyimpan bakat-bakat sepakbola yang hebat. ESPNsoccernet mencoba untuk memprediksi siapa saja yang bisa bersinar atau setidaknya cukup bagus untuk main di Liga Eropa. Ada satu orang Indonesia di dalam daftar.
Deng Zhuoxiang (Shandon/China)
Midfielder ini tampil luar biasa di Piala Asia Timur tahun lalu. Termasuk
saat ia mencetak gol ke gawang Korea Selatan yang menghadirkan kemenangan pertama bagi China atas Taeguk Warrior. Klub-klub di Korea dan Jepang mencoba untuk menariknya tapi tak sanggup dengan harganya. Mungkin sudah saatnya untuk klub Eropa 'ikut campur.'
Ismail Matar (Al Wahda/UEA)
Pemain ini adalah harapan dari kawasan teluk. Ia adalah pemenang bola emas di World Youth Championship tahun 2003. Sebenarnya ia sangat pantas main di Eropa. Namun klubnya yang kaya mampu menahannya untuk tidak pergi ke mana-mana. Ia kemudian juga menjadi bintang di Piala Teluk 2007 sekaligus membantu UAE untuk menjadi juara pertama kalinya. Berkat jasanya itu ia mendapat hadiah dua ekor unta. Ismail Matar pantas mendapat alat transportasi yang lebih bagus dari unta!
Koo Ja Cheol (Jeju United/Korea Selatan)
Ia sempat dihubungkan dengan Blackburn Rovers awal tahun ini. Klub Swiss Young Boys of Berne juga tertarik padanya namun tak sanggup membayar. Anehnya Koo bukanlah pilihan reguler di timnas Korsel walau ia terpilih menjadi pemian tengah terbaik K-League musim lalu. Mampu mengamankan bola dan siap melepaskan umpan kapan saja. Eksekusi bola matinya juga mantap. Banyak yang percara kepindahannya ke Eropa hanya masalah waktu.
Kawin Thamsatchanan (Muang Thong United/Thailand)
Asia Tenggara tak punya sejarah kuat memiliki kiper yang kuat. Namun
pemain berusia 19 tahun ini memperlihatkan kalau ia bisa memenuhi
kulaifikasi untuk menjadi kiper hebat. Absennya ia di Piala AFF sangat
disayangkan oleh fans Thailand. Seorang pemandu bakat Inggris telah
merekomendasikannya pada Manchester United. Menarik untuk ditunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Yasser Al Qahtani (Al Hilal/Arab Saudi)
Ia layak menjadi bintang yang paling terang di kawasan teluk.'The Sniper' tak pernah mencoba peruntungannya di Eropa. Jika ia mampu mengasah mentalnya untuk siap main di level tertinggi, karirnya akan melesat. Walau usianya sudah 28 tahun, ia masih gesit dan bagus dalam duel udara.
Oktovianus Maniani (Sriwijaya/Indonesia)
Sayap mungil Sriwijaya ini mencuri perhatian saat tampil di Piala AFF
2010. Ia berjasa besar membawa Indonesia lolos ke partai final. Ia sangat cepat dan usianya baru 20 tahun. Octo disebut sebagai 'Ryan Giggs-nya Indonesia' diharapkan bisa terus konsisten dan mampu mengasah umpan silangnya.
Karim Ansarifard (Saipa/Iran)
Karim adalah penerus kejayaan Ali Daei sebagai nyawa timnas Iran. Dan
sang lengenda sendirilah yang memberikan kesempatan bagi Karim untuk menjadi pilihan utama di Saipa di tahun 2007. Dua tahun kemudian ia sudah main untuk timnas. Borussia Dortmund sudah menyatakan ketertarikannya namun belum ada yang pasti.
Jungo Fujimoto (Shimizu S-Pulse/Jepang)
Sang playmaker sedang dikejar-kejar Nagoya Grampuss. Namun pemain berusai
26 tahun ini tak mau tanggung-tanggung. Rookie of the year J-League tahun
2006 ini ingin menjelajah Eropa.
Alexander Geynrikh (Pahktakor/Uzbekistan)
Ia adalah mesin gol di kawasan Asia Tengah. Kepalanya terkenal sering
menghadirkan kekacauan di kotak penalti lawan. Dua tim di Moscow, Torpedo dan CSKA, tertarik untuk memiliki Geynrikh. Kini ia siap main di Eropa atau setidaknya di Rusia.
Firas Al-Khatib (Al Qadsia/Suriah)
Suriah bukanlah negara elit untuk urusan sepakbola. Namun Al-Khatib
pantas untuk muncul ke permukaan. Kini ia main untuk salah satu klub
terbesar teluk, Al Qadsia Kuwait. Ia sangat jeli mencari posisi dan
diramalkan akan menjadi salah satu bintang di benua Asia.